Bendungan Jatigede Sumedang: Profil, Fungsi, Asal-Usul, dan Dampak Sosial Bagi Masyarakat Sekitar
--
Sejarah Bendungan Jatigede
Berdasarkan beberapa sumber, pembangunan bendungan ini telah direncanakan sejak zaman Hindia Belanda. Pada saat itu, Pemerintah Hindia Belanda merencanakan pembangunan tiga bendungan di sepanjang aliran Sungai Cimanuk dan Bendungan Jatigede adalah bendungan utama dan yang paling besar.
Baca juga: Fakta Menarik Bendungan Kuningan yang Sebelumnya Disebut Waduk Cileuweung
Baca juga: Fakta Menarik Bendungan Katulampa di Bogor, Dibangun Sejak Era Daendels Tahun 1889 Silam
Namun, pembangunan ketiga bendungan itu mendapatkan tentangan dari masyarakat sekitar sehingga pembangunannya dibatalkan. Selanjutnya, pada tahun 1990-an, rencana pembangunan Bendungan Jatigede kembali menghangat.
Langkah pertama yang dilakukan oleh pemerintah adalah merelokasi masyarakat yang tinggal di wilayah calon genangan. Area genangan Bendungan Jatigede sendiri meliputi 28 desa di Kecamatan Darmaraja, Kecamatan Wado, Kecamatan Jatigede dan Kecamatan Jatinunggal.
Relokasi pertama dilakukan pada tahun 1982 silam. Desain pembangunan bendungan ini dilakukan pada tahun 1988, dan disambung 20 tahun kemudian yaitu proses konstruksi pada tahun 2007-2015.
Pada 31 Agustus 2015 dilakukan penggenangan waduk sekaligus peresmian oleh Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Basuki Hadimulyono. Bendungan Jatigede dibangun dengan biaya anggaran hingga mencapai 467 juta US dolar atau setara dengan Rp 6.538.000.000.000 dengan kurs rupiah Rp 14.000.