Desa di Banten ini Sangat Unik, Kehidupannya Masih Sangat Tradisional, Makan Minum Pakai Daun Pisang, Tidur Pun Beralaskan
--
Baduy Dalam
Baduy dalam tinggal di pelosok tanah adat. Kepercayaan terhadap Sunda Wiwitan masih kental di Baduy Dalam, suku ini juga dianggap memiliki kedekatan yang lebih dalam dengan leluhurnya. Dalam hal ini masyarakat Baduy biasanya akan memakai pakaian berwarna putih, ungkapannya adalah jamang sangsang. Baju khas Baduy ini memiliki aturan yang cukup ketat, salah satunya tidak boleh dijahit dengan mesin jahit. Pakaian jamang sangsang menandakan bahwa kehidupan suku Baduy bersifat sakral dan tidak terpengaruh oleh budaya luar.
Baca juga: 5 Kabupaten Kota Dengan Penduduk Termiskin di Jawa Timur, Ternyata Masih Didominasi Pulau Madura
Baca juga: Daffar 7 Makanan Khas Banten yang Enak Banget dan Bikin Nagih Pengin Nyobain Terus
Baca juga: Rekomendasi Kuliner Khas Banten yang Paling Enak Buat Icip-Icip, Cobain Sekarang Biar Tak Menyesal
Orang Baduy dalam tidak berpendidikan, ahli teknologi dan bahkan bertelanjang kaki karena hidup seperti yang dialami sebagai cara untuk tetap dekat dengan Tuhan Yang Maha Esa. Keberadaan Baduy Dalam dilindungi oleh Baduy Luar yang bertugas menyaring “informasi dari dunia luar” agar adat istiadat suku Baduy tetap terjaga dan lestari.
Baduy Luar
Berbeda dengan Baduy Dalam, Baduy Luar memiliki aturan adat yang lebih longgar karena bercampur dengan budaya luar dan melek pendidikan dan teknologi. Suku Baduy Luar masih memegang teguh kepercayaan Sunda Wiwitan. Ciri luar Baduy terlihat dari pakaian serba hitam yang biasa dikenal dengan baju bedong dan ikat kepala berwarna biru. Pakaian adat suku Baduy dibuat dengan bahan yang berasal dari lingkungan alam.
Meski terkesan tertinggal, Suku Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang patut dilindungi dan dihargai karena kekayaan nilai budaya leluhur.