Friday 15th of November 2024
×

Kalimat Hauqolah Dengan Tafsir dan Makna, Dari Ulama Imam Nawawi Hingga Sayyid Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi

Kalimat Hauqolah Dengan Tafsir dan Makna, Dari Ulama Imam Nawawi Hingga Sayyid Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi

--

ASCOMAXX.com – Pembahasan di artikel berikut ini akan kami sajikan paparan kalimat hauqolah dengan tafsir dan maknanya dari ulama. Tentu saja dari paparan dasarnya ada berbagai hal yang bisa diterapkan sebagai dzikir umat Islam.

Bagi kamu yang ingin mengetahui informasi selengkapnya, langsung saja ikuti pembahasan lengkapnya di artikel berikut ini.


Baca juga: Tulisan Kalimat Hauqolah, Bacaan, dan Keutamannya: Bisa Mengusir Rasa Galau!

Baca juga: Bacaan Dzikir Pendek 33x Dibaca Setelah Sholat Fardhu 5 Waktu, Tulisan Arab Latin dan Terjemahnya

Baca juga: Dzikir Ketika Sakit Sesak Nafas, Ketahui Juga Cara Mengatasinya Dengan Cepat 

Doa adalah senjata bagi orang mukmin, sebagaimana hadits Rasulullah saw yang diriwayatkan Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra: اَلدُّعَاءُ سِلَاحُ الْمُؤْمِنِ وَعِمَادُ الدِّينِ وَنُورُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ (رواه أبو يعلى والحاكم وصححه) Artinya: “Doa adalah senjata seorang Mukmin dan tiang (pilar) agama serta cahaya langit dan bumi. (HR. Abu Ya’la dan al-Hakim, dan ia menilainya sebagai hadits shahîh).

Kalimat Hauqolah dan Tafsiran Menurut Beberapa Ulama

Bacaan hauqolah yaitu Lā haula wa lā quwwata illā billāh.

ﻻﺣﻮﻝ ﻭﻻ ﻗﻮﺓ ﺍﻻ ﺑﺎﻟﻠﻪ

Artinya: “Tiada daya dan kekuatan selain dari Alloh.”

 Kalimat ini menyatakan kepasrahan hamba kepada Allah yang menguasai seluruh alam. Semua kekuatan yang dimiliki manusia tidak lain berasal dari pertolongan-Nya.

Kalimat la haula wala quwwata illa billah atau hauqalah sudah tidak asing lagi bagi umat Islam. Selain dapat menjadi zikir, keutamaan kalimat Hauqolah ini dapat dirasakn saat mengetahui makna di baliknya.

Selain menunjukkan permohonan pertolongan kepada Allah SWT, kalimat Hauqolah juga menjadi sarana untuk mendapatkan kemuliaan abadi dan keselamatan atas pertolongan-Nya.

Dilansri NU Online, terdapat makna kalimat Hauqolah yang didapatkan dari penafsiran berbagai ulama.

Imam Nawawi

Salah satunya seperti yang dipaparkan oleh Syekh Abul ‘Ala al-Mubarakfuri dalam salah satu kitabnya, yakni Tuhfatul Ahwâdzi. Dirinya menyebutkan, terdapat penafsiran dari Imam Nawawi:

قَالَ النَّوَوِيُّ هِيَ كَلِمَةُ اسْتِسْلَامٍ وَتَفْوِيْضٍ، وَأَنَّ الْعَبْدَ لَا يَمْلِكُ مِنْ أَمْرِهِ شَيْئًا، وَلَيْسَ لَهُ حِيْلَةٌ فِي دَفْعِ شَرٍّ وَلَا قُوَّةَ فِي جَلْبِ خَيْرٍ إِلَّا بِإِرَادَةِ اللهِ

Artinya: “Imam an-Nawawi berkata: 'Kalimat la haula wala quwwata illa billah atau hauqalah adalah kalimat yang penuh kepatuhan dan kepasrahan diri (kepada Allah), dan sungguh seorang hamba tidak memiliki urusannya sedikit pun,

tidak ia tidak memiliki daya untuk menolak keburukan dan tidak memiliki kekuatan untuk menarik kebaikan, kecuali dengan kehendak Allah SWT'.” (Abul ‘Ala Muhammad ‘Abdurrahman bin ‘Abdurrahim al-Mubarakfuri, Tuhfatul Ahwâdzi bi Syarhi Jâmi’it Tirmidzi)

Al-Hafidh Muhammad bin ‘Abdurrauf al-Munawi

Menurutnya, dalam kalimat Hauqolah terdapat pengakuan orang yang melepas daya dan kekuatan diri dan menyandarkannya hanya kepada kehendak Allah SWT.

"Ini merupakan prinsip tauhid yang sebenarnya, yaitu menyandarkan semua urusan kepada Allah SWT semata.” (Muhammad bin ‘Abdurrauf al-Munawi, Faidhul Qadîr)

Baca juga: Cara Gadai Jam Tangan di Pegadaian yang Ternyata Gampang dan Praktis, Bisa Jadi Alternatif Cepat Ambil Pinjaman

Baca juga: Cara Mengubah Pulsa Menjadi Saldo Dana, Gampang Banget! Langsung Masuk dan Jadi Cuan

Baca juga: Sebutkan Persamaan Negara-Negara Anggota ASEAN! Berikut Jawaban dan Sejarahnya

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani

Dalam penafsirannya, makna kalimat Hauqolah adalah tidak ada yang memiliki daya untuk bisa menghindar dari maksiat kecuali dengan adanya penjagaan dari Allah,

dan tidak ada yang memiliki kekuatan untuk melakukan ketaatan kecuali mendapatkan taufiq dari Allah SWT. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bâri)

Sayyid Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi

Dirinya berpendapat bahwa maksud memasrahkan semua urusan kepada Allah SWT ialah orang tidak lagi meragukan keadaannya dan percaya penuh bahwa semuanya menjadi kehendak Allah SWT..

Gambaran yang tepat menurutnya adalah seperti kepercayaan burung pada rezekinya. Dia menjalankan kesehariannya tanpa persiapan, semua makanan yang dimiliki akan dihabiskan saat itu juga, tanpa berpikir makanan selanjutnya.

Artinya, sebisa mungkin tingkat kepercayaan manusia terhadap rezekinya bisa sama dengan kepercayaan burung tidak pernah mengkhawatirkan atas rezekinya. (Muhammad bin ‘Ali Ba Alawi al-Husaini at-Tarimi, al-Wasâ-ilusy Syâfi’ah fil Adzkârin Nâfi’ah wal Aurâdil Jâmi’ah)

Nah, itu dia informasi sekilas yang bisa kami sampaikan mengenai makna dan tafsir kalimat hauqolah, dari para ulama. Semoga bermanfaat.

 

Sumber:

UPDATE TERBARU