Kumpulan Cotoh Dwipurwa dalam Bahasa Sunda, Disertai Pengertian dan Artinya
--
Contoh kecap rajekan dwipurwa
Kecap rajekan dibentuk dengan cara menyebut dua kali kata sebagian atau seluruh morfem dasarnya. Proses pembentukan morfem dasar menjadi kecap rajekan disebut ngarajek atau reduplikasi.
Morfem dasar atau bakal kecap yang dapat dibentuk menjadi kecap rajekan antara lain jangkar kecap (suku kata yang menjadi bahan kata), cakal (morfem dasar terikat), bagal kecap (morfem dasar semi terikat), dan morfem dasar bebas.
Berdasarkan pengulangan katanya, kata ulang dalam bahasa Sunda terbagi atas beberapa macam, yaitu kecap rajekan dwipurwa, dimadya, dwilingga (dwimurni dan dwireka), dan trilingga.
Selain itu, ada juga kata ulang yang dirarangkenan atau ditambah imbuhan, baik di depan, di tengah, di belakang, maupun gabungan.
Baca juga: Bahasa Sunda Hoyong Artinya Apa? Sering Didengar Tapi Tidak Tau Artinya
Baca juga: Apa Buku Nikah atau Surat Nikah Dapat Digadaikan Buat Ambil Pinjaman? Cek Faktanya di Sini!
Baca juga: Perbedaan Kata Penginten dan Mereun Bahasa Sunda, Sama Tapi Berbeda!
Di lain sisi, dwipurwa merupakan gabungan dari dua kata, yaitu dwi artinya dua dan purwa artinya awal. Kecap rajekan dwipurwa adalah kata ulang yang disebut dua kali atau mengulangi suku kata pertama bentuk dasarnya. Penulisannya disambungkan tanpa spasi dan tanda hubung (-).
Contoh-contoh dari kecap rajekan dwipurwa dapat diketahui sebagai berikut.
Aambekan = pura-pura marah
Bobodoan = bohong-bohongan
Bobogohan = pacaran
Babagongan = perbuatan sia-sia dan tidak berguna
Bebedilan = senapan mainan