Sejarah Singkat Pondok Pesantren Al-Qodiri Jember, Mewujudkan Insan yang Religius dan Mandiri
--
Bagi istri dan putranya yang saat itu sudah berumur tiga tahun, kedatangan Kiai Muzakki disambut dengan kegembiraan dan keharuan yang tiada tara. betapa tidak, sejak kepergiaannya di tahun 1971, putranya yang kala itu masih berumur setahun, kini sudah menjadi anak mungil dan lucu.
Baca juga: Doa Mancing Ikan Menurut Al-Qur'an yang Mustajab Dijamin Langsung Strike Banyak, Amalkan Sekarang
Hampir dua bulan Kiai Muzakki mengamati perkembangan kondisi sosial keagamaan masyarakat Gebang Poreng. Baginya keberadaan Gebang Poreng waktu itu masih tidak berbeda dengan dua tahun sebelumnya, masih sepi suara adzan, masih jarang yang mendirikan sholat, yang marak justru pencurian, perampokan, judi dan berbagai bentuk mungkarat lainnya.
Pada waktu itu hanya sebuah mushalla kecil di pojok dusun yang konon mengajarkan agama sejati [agama eling] di bawah pimpinan bapak Astumi. Gebang Poreng masih tetap seperti dulu, belum ada listrik, gelap segelap hati masyarakatnya.
Sebagai upaya memakmurkan musholla yang telah didirikannya itu, kyai Muzakki mulai istiqomah memimpin sholat maktubah secara berjama'ah dengan anggota keluarganya, sanak famili dan tetangga dekatnya, dan bersama mereka pula, setiap ba'da maghrib Kyai Muzakki mengajar anak-anak kecil membaca al-Qur'an, setiap ba'da isya' membaca dzikir manaqib syaikh Abdul Qodir Jailani, dan setiap ba'da subuh membaca tafsir surat yasin.
Semakin hari, masyarakat yang berjamaah di musholla tersebut terus bertambah, bahkan ada dua orang santri yang menetap di musholla itu sebagai muadzzin yang kemudian dibuatkan gubuk oleh Kyai Muzakki sebagai tempat menginap mereka.