Sejarah Tari Bedhaya Ketawang yang Konon Jadi Curahan Hati Ratu Kidul, Jadi Tradisi yang Langgeng di Keraton
--
ASCOMAXX.com - Pada artikel kali ini kami akan memberikan ringkasan informasi tentang Sejarah Tari Bedhaya Ketawang. Pasti kalian penasaran dengan jawabannya bukan. Untuk itu kami akan berikan ringkasan informasi selengkapnya berikut ini ya.
Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara Kanjeng Ratu Kidul dengan raja Mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tarinya. Kata-kata yang terkandung dalam tembang pengiring tarian ini menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada sang raja.
Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya. Syarat yang paling utama, yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari harus meminta ijin kepada Kanjeng Ratu Kidul lebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, keraton Surakarta.
Baca juga: Review Riraksu SPA Bogor, Layani Pijat Tradisional Jepang dengan Profesional
Baca juga: Obat Ayam Boiler Berak Kapur Tradisional, Bahan Mudah Ditemukan dan Harganya Ekonomis
Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh iringan musik gending ketawang gedhe dengan nada pelog. Dalam Tari Bedhaya Ketawang ini dibagi menjadi tiga babak (adegan). Di tengah tarian nada gendhing berganti menjadi slendro selama 2 kali. Setelah itu nada gending kembali lagi ke nada pelog hingga tarian berakhir.
Selain diiringi oleh musik gending, Tari Bedhaya Ketawang diiringi oleh tembang (lagu) yang menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Pada bagian pertama tarian diiringi dengan tembang Durma, kemudian dilanjutkan dengan Ratnamulya.
Untuk aksesoris perhiasan yang digunakan di antaranya adalah centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang dikenakan di gelungan, yang memanjang hingga dada bagian kanan).