Sunday 24th of November 2024
×

Tari Bedhaya Ketawang Berasal Dari, Temukan Jawaban di Sini: Sebuah Tarian Sakral yang Jadi Tradisi Wajib di Keraton

Tari Bedhaya Ketawang Berasal Dari, Temukan Jawaban di Sini: Sebuah Tarian Sakral yang Jadi Tradisi Wajib di Keraton

--

Tari Bedhaya Ketawang Berasal Dari Mana

Tari Bedhaya Ketawang merupakan suatu tarian khusus yang dianggap sakral sebagai lambang kebesaran raja. Tarian ini adalah tari tradisional keraton yang sarat makna dan memiliki hubungan yang erat dengan upacara adat, religi, serta percintaan Raja Mataram dengan Kanjeng Ratu Kidul.

Sejarah Tari Bedhaya Ketawang

Suatu ketika, Sultan Agung Hanyakrakusuma, yang memerintah Kesultanan Mataram dari tahun 1613–1645 sedang melakukan laku ritual semadi. Konon, dalam keheningan sang raja mendengar suara tetembangan (senandung) dari arah tawang atau langit. Sultan Agung merasa terkesima dengan senandung tersebut.


Setelahnya, Sultan Agung memanggil empat orang pengiringnya, yaitu Panembahan Purbaya, Kyai Panjang Mas, Pangeran Karang Gayam II, dan Tumenggung Alap-Alap. Sultan Agung mengutarakan kesaksian batinnya kepada mereka. Sultan Agung sendiri kemudian menciptakan sebuah tarian yang diberi nama Bedhaya Ketawang karena terilhami oleh pengalaman gaib yang dialaminya.

Hingga kini Tari Bedhaya Ketawang menjadi milik istana Keraton Kesunanan Surakarta Hadiningrat. Sampai saat ini, Tari Bedhaya Ketawang dalam perkembangannya masih tetap dipertunjukkan ketika penobatan dan upacara peringatan kenaikan takhta Sunan Surakarta (SISKS Pakubuwana).

Baca juga: Mengenal Tari Indang Asal Sumatera Barat: Sejarah Singkat, Aturan Penari, hingga Tata Panggung

Baca juga: Mengenal Tari Indang atau Tari Dindin Badindin: Sejarah, Makna, Gerakan, Kostum dan Properti

Baca juga: Pola Lantai Tari Indang atau Tari Dindin Badindin Khas Tanah Pariaman Provinsi Sumatera Barat

Makna Filosofis Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang ini menggambarkan hubungan asmara Kanjeng Ratu Kidul dengan raja Mataram. Semua itu diwujudkan dalam gerak tarinya. Kata-kata yang terkandung dalam tembang pengiring tarian ini menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada sang raja. 

Sebagai tarian sakral, ada beberapa syarat yang harus di miliki setiap penarinya. Syarat yang paling utama, yaitu para penari harus seorang gadis suci dan tidak sedang haid. Jika sedang haid maka penari harus meminta ijin kepada Kanjeng Ratu Kidul lebih dahulu dengan melakukan caos dhahar di panggung sanga buwana, keraton Surakarta.

Hal ini di lakukan dengan berpuasa selama beberapa hari menjelang pertunjukan. Kesucian para penari sangat penting, karena konon katanya, saat latihan berlangsung, Kangjeng Ratu Kidul akan datang menghampiri para penari jika gerakannya masih salah.

Pertunjukan Tari Bedhaya Ketawang

Tari Bedhaya Ketawang di iringi oleh iringan musik gending ketawang gedhe dengan nada pelog. Dalam Tari Bedhaya Ketawang ini dibagi menjadi tiga babak (adegan). Di tengah tarian nada gendhing berganti menjadi slendro selama 2 kali. Setelah itu nada gending kembali lagi ke nada pelog hingga tarian berakhir.

Selain diiringi oleh musik gending, Tari Bedhaya Ketawang diiringi oleh tembang (lagu) yang menggambarkan curahan hati Kanjeng Ratu Kidul kepada sang raja. Pada bagian pertama tarian diiringi dengan tembang Durma, kemudian dilanjutkan dengan Ratnamulya.

Untuk aksesoris perhiasan yang digunakan di antaranya adalah centhung, garudha mungkur, sisir jeram saajar, cundhuk mentul, dan tiba dhadha (rangkaian bunga yang dikenakan di gelungan, yang memanjang hingga dada bagian kanan).

Nah, jadi itulah informasi mengenai tari bedhaya ketawang yang dapat kami sampaikan pada artikel kali ini. Bagaimana menurutmu? Sampaikan pendapatmu melalui kolom komnetar di bawah.

Sumber:

UPDATE TERBARU