Hari-hari berjalan dengan biasanya, hingga suatu hari misi rahasiapun dilaksanakan. Setelah mengerti tugas masing-masing, mereka melakukannya dengan penuh keseriusan, entah apa itu.. Tapi yang jelas untuk kebaikan teman mereka, Vina.
Risa : ( Mendekati Vina yang menulis dan mencoret-coret buku diarynya) “Kamu bisa jujur sama aku Vin, aku tahu kamu pasti lagi ada masalah , iya kan? “
Vina :” Nggak ada kok , beneran. Aku baik-baik aja”
Risa :”Jangan bohong, aku kenal kamu selama 9 tahun, kamu nggak bisa ngebohongi aku Vin, cerita aja ,, nggak bakalan aku sebarin ke siapa-siapa. Aku hanya ingin bantu kamu kok, nggak ada niat lain”
Vina :”mmm “ (Berpikir sejenak)
Risa :”Mmm?” (Menatap penuh arti)
Vina :”Gimana perasaanmu, ketika kamu dilarang melakukan hal yang kamu suka? Apa yang bakal kamu lakuin setelah kamu sadar, nggak ada yang pernah ngedukung kamu? Nggak ada yang pernah mensupport kamu dalam menggapai mimpimu?, Gimana kalo’ mimpimu hampir musnah gitu aja? Apa yang bakal kamu lakuin dengan semua hal itu? Itu jawabanku”
Risa :”Viin, “
Vina :” Aku dilarang orang tuaku bernyanyi, mereka nggak pernah suka ngeliat aku main musik, kata mereka itu semua sia-sia. Mereka nggak pernah ngedukung aku dalam hal Seni, ,aku nggak berani ngelawan mereka, dan lebih parahnya lagi aku nggak berani, bahkan buat ngebayangin aja aku nggak berani, aku nggak bisa dan nggak berani bernyanyi. Aku takut , aku semakin trauma dengan musik. Bahkan ketika aku mencobanya , Aku takut mimpiku untuk bernyanyi hanyalah sebuah angan-angan yang mudah terhempas angin”
Risa :”Emang apa mimpimu?”
Vina :”Bernyanyi untuk semua orang, membahagiakan semua orang. Bernyanyi lewat hati, bukan hanya sekedar suara yang merdu, bernyanyi untuk mendapatkan senyuman dari pendengar, dan penenang hati ketika jiwa sedang terpuruk, itu mimpiku “
Risa :”Kita bakalan bantu kamu, buat bangkit lagi, buat ngebagun lagi kepercayaanmu terhadap mimpi muliamu”
Vina :”Kita?”
Tak sadar teman-temannya mengintip dibalik pintu kelas seni. Sedari tadi mereka memperhatikan dan mendengarkan pembicaraan Vina dan Risa
Yutho :”Nggak masalah kok ! Kita bakal bantu kamu!”
Rima :”Yup! Kita pasti bisa kalo kita bersama mencobanya”
Dian :”Pasti kalian butuh seorang gitaris yang Jago kan? , aku kasih diskon deh buat kalian”
Semua :”Diaaan! “
Vina :” Aku nggak tahu harus bilang apa , aku aakuu a...k..uu”
Yutho :”Kamu nggak perlu ngomong apa-apa”
Risa :” Kamu hanya tinggal bernyanyi”
Sesaat , terasa mendung telah berganti dengan cerahnya kapas putih, rasa keterpurukan kini berkurang sedikit demi sedikit.. Dan mulai bangkit lagi semangat musik yang entah sempat pergi ke mana kemarin
Risa :”Apa yang harus kita lakuin?”
Tiba-tiba Jian datang dan seperti meledakkan mereka semua dengan kata-katanya
Jian :”Aku punya Ide”
Semua : ( Saling menatap penuh ragu )
Keesokan harinya, ketika kelas seni dimulai..
Rima :”Vin, ntar jangan pulang dulu yaa”
Vina :”Emang kenapa?”
Rima : ( Tersenyum meyakinkan )
Risa menarik tangan Vina dan menggiringnya ke aula kelas seni yang ukurannya lumayan besar
Risa :”Sekarang, hanya ada Dian, Rima , Yutho , Aku dan Jian .. cobalah bernyanyi di depan kami”
Vina :”Enggak mau, “ Berlari pergi keluar aula
Semua :” Rencana A GAGAL! “ ( Sambil menggaru-garuk kepala masing-masing , yang kelihatannya tidak gatal)
Jian :” Okey, Rencana B! “
Semua :”Laksanakan! “
Suatu sore di mana kelas seni berakhir, ..
Risa :”Ikut aku !” ( Menarik tangan Vina )
Vina :”Jangan dipaksa nyanyi lagi”
Risa :”Em em, RAHASIA”
Sumber: