Mengenal Eyang Suro Pendiri PSHT yang Disegani, Hingga Kini Makamnya Ramai Peziarah
--
Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan terdiri atas gabungan dari berbagai suku yang memiliki tradisi juga budaya berbeda satu sama lain.
Tak heran budaya yang dimiliki sangat kaya, namun di sisi lain, hal ini juga menimbulkan banyak budaya yang beragam dari masing-masing daerah. Meski jaman sudah semakin modern, masyarakat Indonesia masih memegang teguh nilai tradisi begitu pula dalam PSHT.
Mengenal Eyang Suro Pendiri PSHT
Ki Ngabehi Ageng Soerodiwirdjo yang merupakan pendiri aliran pencak silat Setia Hati meninggal dunia pada 10 November 1944. Bisa dikenal sebagai Eyang Suro.
Beliau dimakamkan di tempat pemakaman di Jl. Wiro Bumi, Kelurahan Winongo, Kecamatan Manguharjo, Kota Madiun, Jawa Timur. Eyang Suro sendiri merupakan peletak dasar ajaran Setia Hati yang meninggal dunia dalam usia enam puluh delapan tahun.
Ajaran Eyang Suro saat ini berkembang menjadi berbagai perguruan silat, seperti Persaudaraan Setia Hati Winongo, Persaudaraan Setia Hati Terate, dan perguruan silat lainnya.
Baca juga: Cara Memilih Ayam Jago Untuk Pengesahan Calon Warga PSHT, Pastikan Ciri-Ciri Ini Sudah Ada!
Baca juga: Langkah-Langkah Pembukaan PSHT, Sebuah Gerakan Awal Ketika Sambung yang Memiliki Makna
Pada saat 1 Suro, makam Eyang Suro banyak dikunjungi para peziarah dari berbagai daerah. Terutama yang berziarah ke makam Eyang Suro adalah pesilat dari ajarang Setia Hati.
Profill Eyang Suro atau Ki Ngabehi Ageng Soerodiwirdjo
Ki Ngabehi Ageng Soerodiwirdjo memiliki nama kecil Muhamad Masdan. Eyang Suro lahir pada tahun 1876 di Surabaya dan merupakan putra sulung dari Ki Ngabehi Soeromihardjo, mantri cacar di Ngimbang, Kabupaten Jombang.
Ayah Eyang Suro merupakan saudara sepupu dari RAA Soeronegoro atau Bupati Kediri pada waktu itu. Ki Ageng Soerodiwirdjo mempunyai garis keturunan Bataro Katong yang merupakan Bupati Pertama Ponorogo.
Pada tahun 1890 atau saat berusia 14 tahun, Eyang Suro diambil putra oleh pamannya yang merupakan wedono di Wonokromo. Pada tahun 1891, ia ikut seorang kontrolir Belanda dan dipekerjaan sebagai juru tulis.