Tuesday 24th of December 2024
×

Filosofi Tumpeng dalam PSHT, Jadi Salah Satu Cara Melestarikan Budaya Bangsa

Filosofi Tumpeng dalam PSHT, Jadi Salah Satu Cara Melestarikan Budaya Bangsa

--

Untuk menambah informasi, PSHT adalah sebuah organisasi pencak silat yang tergabung dan salah satu yang turut mendirikan Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI) pada tanggal 18 Mei 1948 silam.

Baca juga: Baca Manhwa The Tiger God of Jangsan Chapter 19 Bahasa Indonesia, Janji yang Mengikat Jangsanbeom dan Siah


Baca juga: Daftar Kapal PELNI Terbesar di Indonesia, Muat Hampir 2000 Penumpang dengan Berbagai Rute

Baca juga: Cara Cek Tunjangan Intensif Kemenag Tahun 2023, Khusus Buat Guru PAI Non PNS dan Guru Ngaji!

Tumpeng dalam PSHT

Tumpeng atau dengan sebutan lain Buceng merupakan nasi beserta lauk-pauknya dengan menyerupai kerucut atau gunungan yang digunakan sebagai sajian dan atau persembahan pada dan atau untuk acara tertentu dalam adat masyarakat (Jawa, Madura, Sunda atau bahkan Indonesia secara umum).

Penyajian ini lazim disebut/dibuat untuk kenduri dan atau perayaan/ritual suatu kejadian, waktu dan atau tujuan tertentu sebagai bentuk rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tumpeng biasa disajikan di atas tampah (wadah bundar tradisional dari anyaman bambu) dan dialasi daun pisang.

Dalam perkembangannya tumpeng telah menjadi budaya dalam masyarakat Indonesia dalam berbagai aspek kehidupan sejak manusia belum lahir, kelahiran, kehidupan sehari-hari dan bahkan sampai setelah kematiannya sekalipun, bukan hanya sebagai manusia secara pribadi tetapi juga secara komunal maupun institusi.

Variasi lauk tumpeng meliputi tempe kering, serundeng, urap kacang panjang, ikan asin atau lele goreng, dan sebagainya. Dalam pengartian makna tradisional tumpeng, dianjurkan bahwa lauk-pauk yang digunakan terdiri dari hewan darat (ayam atau sapi), hewan laut (ikan lele, ikan bandeng atau rempeyek teri) dan sayur-mayur (kangkung, bayam atau kacang panjang).

Sumber:

UPDATE TERBARU